Mungkin sebagian dari kita ketika masih kanak-kanak pernah merasakan. Kalimat pertanyaan yang terdengar seperti ini.
"cita-citanya apa kalau sudah besar nanti?"
Pertanyaan yang sangat mudah untuk dijawab. Namun, berpengaruh besar dikemudian hari. Dengan jawaban dari seorang anak kecil yang masih sangat labil. Yang mungkin berubah-ubah atau berbeda-beda jawaban ketika ditanya. Sesuai mood yang sedang dialaminya. Bukan begitu?
Aku salah satu nya.
Ketika Ayah, bunda, om, tante, kakek, nenek, guru atau bahkan tetangga dan teman sepermainan. Menanyakan perihal cita-cita apa yang akan aku capai ketika besar nanti.
Dengan mudahnya aku menjawab. Dan hebatnya tidak hanya satu profesi cita-cita saja yang aku inginkan. Bahkan disetiap pertanyaan dengan orang yang berbeda. Aku menjawab sekenanya.
"Aku mau jadi dokter." Kataku
"Aku mau jadi polwan." Kataku
"Aku mau jadi Manager." Kataku
"Aku mau jadi guru." Kataku
"Aku mau jadi pengusaha." Kataku
Namun, ketika aku duduk dibangku kuliah. Aku mendapatkan suatu ilmu yang tak pernah aku dapatkan dan aku pelajari sebelumnya.
"Ketika kamu bertanya dengan anak kecil. Tanyakanlah pertanyaan seperti ini. Kalau sudah besar mau buat apa? Bukan mau jadi apa?" Terang Dosen pengampu mata kuliah Bimbingan konseling. Ketika jam mata kuliah berlangsung.
Di umur dua puluh tahun aku mulai memahami makna yang dosen ku sampaikan.
Sering aku melamun dan memikirkan apa yang harus aku perbuat ?
Apakah aku sudah bermanfaat bagi orang-orang di sekitarku ?
Apakah aku sudah mampu membuat yang sedih menjadi tertawa bahagia ?
Apakah aku sudah memberikan sesuatu yang terbaik untuk kedua orang tuaku?
Apakah aku sudah mampu menyelesaikan suatu masalah dengan sendiri tanpa bantuan orang lain?
Apakah aku sudah menyisihkan sebagian dari hartaku. Untuk mereka yang memiliki hak dari sebagian harta yang aku miliki?
Apakah diumurku yang kedua puluh tahun. Aku sudah mewujudkan wish list yang aku tulis?
Berbagai macam pertanyaan yang terus mengelilingi fikiranku. Yang tiba-tiba muncul dari otakku. Dan membuat diriku semakin mengerutuki diri atas kebodohan dan kesia-sian ku selama 21 tahun ini. Dengan begitu aku merasa bersalah atas diriku yang tidak mempergunakan masaku dengan sebaik-baiknya. Ketika kesempatan datang dan berada didepan mataku.
Tangerang, 11 Maret 2020