Aku mencoba mengusir riuh itu, tapi dia terus saja menerobos pikiranku.
Aku tidak menikmati kedatangan si gaduh yang datang secara tiba-tiba dalam lamunanku memikirkan masa depan.
Aku pun tidak ingin menjamunya dengan hidangan yang lezat apalagi keramahan.
Aku, menutup telinga ini, agar gemuruh yang datang bertandang, tak tahan dengan isi kepalaku yang dipenuhi dengan overthinking dilema.
Sudah kuperintahkan dia untuk meninggalkan isi kepalaku dengan kekhawatiran yang terlalu berlebihan. Karena aku tak ingin ia menetap terlalu lama dalam ruang yang sempit untuk berbagi rasa.
Riuh itu semakin ramai. Tapi, aku tidak khawatir lagi. Karena ada kamu yang siap mendengarkan.
Oh ya, Tidak usah sepanjang malam ya, itu terlalu lama, cukup kita tuliskan dalam puisi yang penuh makna. Setelah itu, kita baca dan simpan rapat-rapat agar tak lagi teringat.
Tenang! aku tidak berusaha melupakan riuh, aku hanya ingin riuh menjadi saksi. Bahwa kita akan terus bercengkrama dan berdialog tentang riuh yang bersemayam kala malam tiba. Tanpa pernah merasa bosan untuk menceritakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar